Cerita Kisah Legenda Misteri Puser Bumi Di Gunung Jati Cirebon
Dan jika bicara tentang misteri pasti tidak terlepaskan dari cerita Legenda Misteri Puser Bumi Gunung Jati Cirebon ini, yang mana keberadaanya seringkali membuat orang ketakutan atau penasaran.Kebenaran ceritnya mungkin pernah dialami oleh sebagian orang yang ada disekitarnya. Dan disaat jam-jam tertentu mungkin keberadaanya dapat dilihat atau dirasakan bagi orang-orang tertentu. Dan bukan hal yang aneh jika seorang mempunyai kekuatan supranatural yang lebih bisa mendeteksi keberadaanya bahkan perwujudanya dapat ditampakan dengan mata batinya. Namun apakah anda percaya dengan Legenda Misteri Puser Bumi Gunung Jati Cirebon yang satu ini, jawabanya mungkin hanya anda sendiri yang dapat membuktikannaya.
Dan seperti apa cerita selengkapnya mengenai Legenda Misteri Puser Bumi Gunung Jati Cirebon yang menyeramkan ini, Untuk lebih memahami dan mengetahui alur ceritanya maka anda bisa baca cerita misteri dibawah ini. Saya sarankan jika anda tipe orang yang penakut untuk tidak meneruskan membacanya. Dan cerita ini merupakan cerita yang diambil dari berbagai sumber yang ada. Tanpa panjang lebar silahkan simak ceritanya berikut ini :
Di Gunung Jati ada nama sebuah tempat bernama Puser Bumi. Konon, Pulau Jawa sebelum ajaran Islam berkembang, adalah merupakan hutan rimba yang sangat angker. Penuh dengan rawa yang banjir. Ditumbuhi banyak pepohonan besar dan semak belukar yang lebat. Pada suatu masa di jaman Nabi Isa Al Masih, di salah satu puncak gunung, hiduplah seorang pertapa bernama Pendeta Bageral Banjir.
Dipercaya bahwa gunung tersebut adalah Gunung Ciremai. Dan hanya pertapa sakti mandraguna pilihan Sanghyang yang dapat tinggal di puncak gunung ini.
Gunung Cerme atau Ceremai mempunyai ketinggian 3.078 Mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung Ciremai ada yang menyebut cerme, ada yang seringkali menamakan “Ceremai”) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kuningan, dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Sang Pendeta melakukan tapa demi meminta kepada Sanghyang Maha Tunggal supaya diberikan ilmu Wijihing Srandil dan kesempurnaan hidup.
Lima belas tahun sudah Pendeta Bageral Banjir bertapa di puncak Gunung Ciremai. Tak sia-sia, keinginannya dikabulkan oleh Sanghyang Maha Tunggal. Bersamaan dengan Raga Sukma, ilmu Wijihing Srandil merasuk ke tubuh Pendeta Bageral Banjir. Sang Pendeta langsung merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, dan akhirnya pingsan tak sadarkan diri.
Bersamaan dengan itu, tanpa disadari oleh Pendeta Bageral Banjir, Gunung Ciremai mendadak meletus dahsyat. Puncak Gunung Ciremai itu ambrol, terlepas, terpental melesat jauh ke awang-uwung (angkasa) dan akhirnya jatuh ke laut.
Puncak Gunung Ciremai itu terombang-ambing di perairan laksana perahu dihantam ombak badai. Sementara itu, tubuh Pendeta Bageral Banjir telah raib. Hilang tanpa bekas, bak pindah ke dimensi lain. Sekian ratus tahun berlalu, Puncak Gunung Ciremai masih terombang-ambing di laut.
Saat itu, datanglah Sunan Gunung Jati ke puncak gunung yang terombang-ambing itu. Memperhatikan dengan seksama, kemudian meyakini bahwa tempat inilah yang dicarinya. Itulah petilasan tempat bertapa Pendeta Bageral Banjir. Segera orang tersebut menuntaskan tapa yang pernah dilakukan Sang Pendeta. Puncak gunung yang semula terombang-ambing di tengah laut, mendadak diam dan berubah menjadi tanah (daratan) biasa.
Di tempat tersebut, orang tersebut mendirikan rumah gubuk dan bermukim. Kegiatannya di rumah gubuk ini, hanya beribadah. Orang tersebut yakin akan tempat yang dipilihnya ini. Orang ini selalu berdoa memohon petunjuk guna mengembangkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Tengah khusuk berdoa, tiba-tiba Sunan Gunung Jati dikejutkan oleh suara tanpa rupa. Suara itu keluar dari pepohonan. Suara itu berkata bahwa tempat ini kelak akan menjadi tempat tujuan dan pusat (puser) berkembang-luasnya Agama Islam. Hal ini semakin memantapkan niatnya untuk tetap tinggal selamanya di tempat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar