KisahMisteri - Misteri Sigale-gale Boneka Untuk Pemanggil Arwah - Dengan penduduk kurang lebih 250 juta, berbagai suku di deretan pulau-pulau Indonesia merupakan negara dengan keaneka ragaman budaya yang sangat berwarna-warni, dari sabang sampai merauke. Mulai dari kerajinan khas, tarian, bahasa, pakaian, keyakinan, makanan khas dan masih banyak yang lainnya, yang tentunya masih begitu banyak yang belum kita kenali walaupun kita tinggal di satu negara yang sama yaitu Indonesia.
Cerita Misteri Sigale-gale Boneka Untuk Pemanggil Arwah
Bila kita berbicara adat istiadat dan budaya, ada salah satu budaya yang mungkin pernah kita lihat tapi belum tau apa namanya, atau sudah tau namanya tapi belum tau dari mana asal usulnya atau mungkin ada sebagian yang sangat akrab dengan budaya yang satu ini. Ya sigale-gale namanya, boneka yang menari bahkan bisa meneteskan air mata ini konon sangat mistis dan bisa bergerak sendiri dengan ritual tertentu dengan tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal. Ini merupakan sebuah seni tari yang berasal dari Sumatera utara.
Sigale-gale merupakan sebuah seni tari yang berasal dari daerah Samosir Sumatera utara, seni tari ini merupakan tarian yang dilakukan oleh patung atau boneka berbentuk manusia, hampir meyerupai wayang golek yang umum terdapat di Jawa patung ini juga digerakan oleh seorang dalang dengan iringan alat musik tradisional. Boneka sigale-gale ini terbuat dari kayu dan dimodifikasi sedemikian rupa menggunakan tali-tali yang menghubungkan persendian sehingga bisa digerakan dari belakang atau dari tempat lain. pada zaman dulu tari sigale-gale dilaksanakan untuk kegiatan tertentu tapi sekarang sigale-gale lebih banyak dipentaskan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Pada masa lampau konon pembuatan sigale-gale sipembuat harus bisa menyatu jiwanya dengan boneka kayu buatannya supaya boneka tersebut bisa bergerak layaknya manusia yang masih hidup. Kesenian sigale-gale diperkirakan sudah ada sejak 400 tahun yang lalu, kisah ini berawal dari cerita dahulu bahwa dihuta Samosir ada seorang raja memiliki seorang anak laki-laki yang sangat disayanginya. Menurut orang Batak disetiap huta/kampung mempunyai pemimpin yang disebut dengan Raja sesuai dengan wilayah kekuasaannya berdasarkan marga, misalnya marga Silalahi, maka di daerah tersebut yang berkuasa adalah raja silalai, demikian dengan marga-marga lainnya. Seperti halnya didaerah-daerah lain demikian juga di Samosir antar raja selalu melakukan perebutan wilayah dengan cara perlawanan dan peperangan. Sebut saja seorang Raja dari daerah Samosir memerintahkan anaknya yang bernama Manggale melakukan perlawanan untuk merebut daerah disekitarnya, tak disangka dalam pertempuran tersebut manggale tewas.
Sedangkan ia adalah anak satu-satunya dari keturunan Raja tersebut. Mengetahui kejadian tersebut, Raja pun bersedih dan sangat terpukul. Mengingat bahwa anaknya si Manggale adalah satu-satunya pewaris keturunan dari raja tersebut tapi tewas dalam peperangan. Karena terus memikirkan anaknya yang tewas dalam peperangan akhirnya Raja itu pun jatuh sakit karena memikirkan bahwa ia tidak mempunyai keturunan lagi yang kelak bisa menggantikan sang raja. Dari waktu ke waktu penyakit yang diderita Raja tersebut semakin kritis dan tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup. Para penasehat Raja pun berkumpul dan rapat untuk membahas kesembuhan Raja agar bisa mempimpin kerajaan lagi, segala obat-obatan pun sudah diberikan untuk menyembuhkan penyakit yang diderita Raja. Mengingat sang raja belum juga sembuh para penasehat kerajaan mempunyai gagasan untuk memanggil Datu (dukun) untuk membuatkankan patung kayu yang menyerupai wajah Manggale biar sang raja bisa segera sembuh dari sakitnya.
Untuk memenuhi permintaan kerajaan pergilah Datu tersebut ke hutan untuk mengambil kayu tertentu dan memahat patung menyerupai wajah Manggale anak sang raja. Setelah patung tersebut selesai, berangkatlah para penatua dan penasehat kerajaan ke hutan dimana patung tersebut di pahat. Dilakukanlah upacara ritual yang dipimpin Datu tersebut yakni meniup Sordam dan memanggil arwah anak sang raja agar masuk ke dalam patung yang sudah jadi tersebut yang menyerupai Manggale. Kemudian patung tersebut diusunglah ke kerajaan sembari dilaksanakan upacara Gondang Sabangunan. Setibanya rombongan di istana kerajaan, melihat patung yang menyerupai anaknya, Raja tersebut pun sepontan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Akhirnya Raja itupun bisa kembali memimpin Kerajaan melihat patung tersebut persis seperti wajah anak si Manggale.
Patung atau boneka si Gale-Gale terbuat dari kayu yang di ukir persis menyerupai rupa manusia. Boneka si Gale-Gale dihiasi baju adat khas batak Samosir lengkap dengan kain ulos yang diselendangkan di pundak boneka tersebut. Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia, khususnya dari Samosir. Kain ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa asalnya, kata ulos berarti kain. Mangulosi adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang batak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu di ikut sertakan. Warna kain ulos memiliki arti dan fungsi yang berbeda. Salah satu jenis kain ulos adalah Ulos Antakantak yaitu Ulos yang dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor (menari).
Si Gale-Gale biasanya digunakan sebagai pelaksanaan upacara kematian didalam keluarga di daerah Samosir. Upacara ini dilakukan dengan iringan gondang sabangunan dan diikuti dengan tarian atau tor-tor, dilakukan oleh anggota keluarga terutama anak lelaki dari keluarga dekat. Tari si Gale-gale ini dipercaya oleh warga Samosir untuk mengantarkan arwah mendiang keluarga. Dahulu Jika dalam keluarga batak tidak memiliki anak lelaki maka si Gale-Gale dianggap sebagai pengganti anak lelaki dalam keluarga tersebut.
Dalam pelaksanaan upacara tarian si Gale-Gale digunakan boneka si Gale-Gale yang terbuat dari kayu yang dihiasi pakaian adat batak yaitu kain ulos. Alat musik dalam upacara si Gale-Gale adalah Gondang Sabangunan yaitu seperangkat alat musik tradisional yang terdiri dari suling batak, gendang, gong dimana alat musik ini dimainkan sambil manortor/menari.
Sebagai perangkat alat musik, gondang sering disebut sebagai gondang Batak. Gondang Batak sering diidentikkan dengan gondang sabangunan atau ogling sabangunan dan kadang-kadang juga diidentikkan dengan taganing (salah satu alat musik yang terdapat di dalam gondang sabangunan). Dari pengertian itu, alat musik batak lain yang disebut gondang hasapi atau yang dikenal sebagai uning-uningan dianggap sebagai bukan gondang Batak. Padahal alat tersebut juga termasuk gondang Batak. Gondang sabangunan dan gondang hasapi digunakan dalam upacara yang berkaitan dengan religi, adat maupun upacara seremonial lainnya.
Digunakan pada saat pelaksanaan upacara kematian yang disebut saur matua, yaitu orang tua yang sudah mempunyai cucu. Biasanya upacara dilakukan dua tahapan dengan bagian yaitu: 1. Upacara di jabu (di dalam rumah) termasuk di dalamnya upacara di jabu menuju ke halaman rumah disebut maralaman 2. Upacara maralaman (di halaman), pada saat dihalaman rumah diadakan tarian dengan menggunakan bonekasi Gale-Gale sebelum mengantarkan jenazah ke liang kubur
Kegunaan atau fungsi boneka si Gale-Gale adalah untuk mengiringi upacara papurpus sabata yaitu upacara kematian keluarga batak Samosir. Ketika itu dipercayai boneka si Gale-Gale adalah sebagai pengganti anak laki-laki dalam keluarga batak jika dalam keluarga tersebut tidak ada anak lelaki. Masyarakat Samosir percaya anak lelaki dalam keluarga akan mengantarkan arwah keluarga nya ke alam arwah ketika sudah wafat.
Saat ini, sigale-gale telah menjadi ikon pariwisata Provinsi Sumatera Utara secara umum, dan Samosir secara khususnya. Masih ada beberapa sisa patung yang dipahat puluhan tahun silam. Kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa kemunculannya meski sangat jarang. Jika mau menonton langsung pertunjukan tradisional dari Tanah Batak itu, pergilah ke Samosir. Ada empat tempat pertunjukkan si gale-Gale dua di antaranya mudah dijangkau yaitu desa Tomok dan Museum Hutabolon Simanindo. Pengunjung dapat memesan langsung pertunjukan Sigale-gale dengan bayaran tertentu.
Dahulu sigale-gale difungsikan untuk ritual namun sekarang sigale-gale ditarikan lebih untuk menarik wisatawan dan sebagai salah satu warisan budaya peninggalan nenek moyang kewajiban kita sebagai generasi penerus untuk melestarikannya.